Anton adalah seorang Trader yang cukup handal. Hampir semua strategi OPTIONS dia menguasainya. Karena dia sangat pandai Matematika, perhitungan Profit and Loss Options bagi dia seperti hitungan anak SMP/SMA. Strategi yang cukup kompleks seperti Iron Condor, Butterfly, Calendar Spread sangat mudah dipahami oleh dia….
Anton mempunyai teman cukup dekat sebut saja Sulistyo. Pak Sulistyo sama seperti Anton yaitu seorang Trader. Tetapi bagi Sulistyo, matematika merupakan hal yang cukup rumit baginya. Dahulu sewaktu sekolah, pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang memberikan stress bagi dia, maka itulah dia memilih pelajaran yang bersifat ilmu sosial pada waktu dia kuliah.
Tetapi, ketidakmampuan dalam hal Matematik tidak membuatnya patah arang, karena begitu konsep mengenai Options diketahui, perhitungan tambah, kali dan kurang tidak berbeda dengan perhitungan anak SMP. Bagi Sulistyo, mengetahui strategi yang Sophisticated seperti Iron Condor/Butterfly amatlah sulit. Meskipun dia tahu konsep dasarnya, tetapi mengetahui secara detil tidaklah mudah…..
Pada waktu bulan Agustus 2007 mereka mempunyai kepercayaan market Sentimen yang sama yaitu Bullish. Baik Anton dan Sulistyo mempunyai strategi yang sama di portofolionya yaitu Write BULL PUT SPREAD. Dengan strategi ini, mereka menjual PUT Options di strike price yang lebih tinggi dan secara bersamaan membeli PUT Options di strike price yang lebih rendah, sehingga posisi adalah CREDIT dan menerima PREMI dimuka. Tidak dinyana, beberapa hari setelah posisi dipasang, ternyata market di Amerika di pengaruhi oleh Subprime Housing, dan diikuti pula oleh beberapa HEDGE FUND yang tutup. Banyak investor kalang kabut dan mereka semua SELL semua securities yang ada ditangan. Hal ini tentunya mengakibatkan semua index dan saham terkemuka kena imbas, dan harga saham/index GAPPED DOWN secara drastis. Posisi Short yang dipunyai oleh Anton dan Sulistyo masih sama2 aman, tetapi karena market masih sangat volatile sekali, tentunya harga saham/index mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk turun lebih dalam.
Meskipun Sulistyo adalah seorang Trader yang mempunyai pengetahuan biasa2 saja, tetapi dia sangat DISIPLIN. Trading bagi dia adalah sebuah Game, dan tanpa emosi dia CUT LOSS posisi BULL PUT dengan membelinya kembali di pasar. Meskipun posisi rugi, tetapi dia sangat tahu apabila market turun kembali, kerugian akan bertambah besar.
Tidak demikian dengan Anton. Dia kurang DISIPLIN dalam CUT LOSS. Meskipun sinyal STOP LOSS telah diperhitungkan, tetapi dia mempunyai “HOPE” market akan REBOUND kembali. Ternyata market masih turun terus dan posisi Short terlewati. Sampai mendekati expiry date of options, posisi Short berada di ITM dan tentunya mempunyai kemungkinan Assignment maka dengan sangat terpaksa Anton harus menutup posisi Shortnya tepat sebelum options expiry date. Dengan demikian, cukup banyak kerugian yang dideritanya, karena dengan posisi ITM pada posisi short dan Volatility yang tinggi, sangatlah mahal untuk membeli kembali posisi nya……
Cerita diatas tentunya memberikan illustrasi bahwa “HOPE” is NOT a strategy. Berharap market akan Rebound bukan merupakan strategi di OPTIONS. Dari pengalaman saya, pemikiran HOPE sangat dipengaruhi oleh GREED and FEAR…..
Dalam Options, sekitar 60% keberhasilan strategi sangat dipengaruhi oleh Psychology. Meskipun Anton lebih Piawai dalam pengetahuan Options dari pada Sulistyo, tetapi karena “HOPE”, dia mengalami kerugian lebih dalam kasus ini. Dalam Trading, semua keputusan harus mengikuti Trade Plan. Seperti yang dikatakan oleh salah satu member dari Forum saya, Plan your Trade and Trade based on your Plan.
Saya harap artikel ini dapat memberikan illustrasi bahwa “HOPE” IS NOT A STRATEGY.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment